Sejarah Dakwah Rasulullah SAW
Rencana
hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW
dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang
terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk
membunuh Nabi Muhammad SAW. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku.
Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta.
Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta.
Sementara
Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW menempati tempat
tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.Pada malam hari
yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya tanpa
diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW menemui Abu
Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua
itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.Pada malam ke-4, setelah usaha
orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib,
keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah
bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor
unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama
Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak
pernah ditempuh orang.Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di
Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka
beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun.
Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal
sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat
peribadatan.Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW.
Sementara
itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka,
berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah
tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi,
memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan
rombongan. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan
bahagia, mereka mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di
sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala’ al-Badru, yang isinya:Telah tiba
bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus
kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang
ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya.Tetapi Nabi SAW hanya
berkata,
“Aku
akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak
hatinya.”
Ternyata
unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di
depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah
Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW
tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun
rumah untuknya.Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah an-Nabî (kota
nabi). Orang sering pula menyebutnya Madînah al-Munawwarah (kota yang
bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Terbentuknya Negara Madinah
Setelah
Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang
kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru.
Dasar
pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara kaum Muhajirin
(orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah
yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin). Nabi SAW mempersaudarakan
individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-individu dari
golongan Anshar.Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah
bin Zaid, Ja’far bin Abi Thalib dengan Mu’az bin Jabal. Dengan demikian
diharapkan masing-masing orang akan terikat dalam suatu persaudaraan dan
kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang semacam ini pula, Rasulullah telah
menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama,
menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.
Dasar
kedua adalah sarana terpenting untuk
mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat pertemuan. Sarana yang dimaksud
adalah masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah,
yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk berbagai hal, seperti
belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat,
musyawarah, dan transaksi dagang.Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu
dan langsung ikut membangun bersama-sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun
ini kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di
atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya terbuat dari
tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid
itu dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan keluarganya.
Dasar
ketiga adalah hubungan persahabatan dengan
pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang
Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab
yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat
diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.Perjanjian
tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Mîsâq Madînah
atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan beragama,
hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban negerinya,
kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah SAW
menjadi kepala pemerintahan di Madinah.Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi
Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu sudah dapat dikatakan sebagai sebuah
negara, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya
Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu
membuat orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka takut kalau-kalau umat Islam
memukul mereka dan membalas kekejaman yang pernah mereka lakukan.Mereka juga
khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai oleh kaum
muslimin.Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru
didirikan itu, Nabi SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik
langsung di bawah pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa
30 orang berpatroli ke pesisir L. Merah. Ubaidah bin Haris membawa 60 orang
menuju Wadi Rabiah. Sa’ad bin Abi Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin.
Nabi SAW sendiri membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat
perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200 orang
Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan perjanjian
dengan Bani Mudij.Ekspedesi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW
sebagai aksi-aksi siaga dan melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak
diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk.
Perjanjian perdamaian dengan kabilah dimaksudkan sebagai usaha memperkuat
kedudukan Madinah.
Perang Badar
Perang
Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin
Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari
serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum
musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang
dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313
orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak,
dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang
membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang
pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam
perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi
tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada.
Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).
Orang-orang
Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka memang
tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan
Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.Sementara itu, dalam menangani persoalan
tawanan perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan
dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan
menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta
aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun
tetap dibebaskan juga.Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW
mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin
hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata
suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga
menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang
Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.
Perang Uhud
Perang
yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini
disebabkan karena keinginan balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah
dalam perang Badr. Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan
Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan
Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka memakai baju besi.Adapun
jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang. Perang pun
berkobar.
Prajurit-prajurit
Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu. Tentara
Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.Melihat
kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh
Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil
harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak
meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan.
Mereka
tidak lagi menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk
segera melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak
mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam
berguguran. Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam
diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah
meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian
mengakhiri pertempuran itu.Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam
gugur sebagai syuhada.
Perang
Khandaq
Perang
yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan
masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab
(sekutu beberapa suku).Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara.
Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin
membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka.
Karena
itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.Tentara
sekutu yang tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat
masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi
terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang
Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka’ab bin Asad.
Namun
akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara
itu pada malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan
menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga
mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing
tanpa suatu hasil.Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman
mati. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzâb: 25-26.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada
tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400
orang kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang
adanya perang. Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata
ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk berperang.Sebelum tiba di Mekah,
mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari Mekah.
Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan
menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga. Akhirnya
diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah, yang isinya
antara lain:
- Kedua belah pihak setuju untuk
melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.
- Bila ada pihak Quraisy yang
menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi bila ada
pengikut Muhammad SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy
tidak harus mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.
- Tiap kabilah bebas melakukan
perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan pihak Quraisy.
- Kaum muslimin belum boleh
mengunjungi Ka’bah pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai tahun
berikutnya.
- Jika tahun depan kaum muslimin
memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.
- Kaum muslimin memasuki kota
Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali pedang di dalam
sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.
Tujuan
Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan
menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah
lain. Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :
- Mekah adalah pusat keagamaan
bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam,
diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.
- Apabila suku Quraisy dapat
diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar, karena
orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di
kalangan bangsa Arab.
Setahun
kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang
masuk Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin,
disamping juga melihat kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.
Di
Sisi Lain
Keberhasilan
dakwah di madinah tak terlepas dari sosok sahabat nabi, yang bernama MUSH’AB
BIN ‘UMAIR. Beliau adalah salah satu sahabat nabi. Sebelum masuk hidayah
tertanam didadanya, beliau adalah seorang pemuda tampan, anak seorang bangsawan
dan hartawan. pemuda yang menjadi buah bibir warga mekah, khususnya para
wanita. Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam
lingkungannya. Sampai akhirnya hidayah Allah datang kepada beliau, dan beliau
masuk islam dalam usia yang masih muda, sekira 24 tahun berbagai kesenangan
dunia serta kekayaannya ia tinggalkan demi memilih islam sebagai agamanya.
Seorang
Mush’ab yang memilih hidup miskin dan sengsara demi Islam sebagai tuntunan
hidupnya Pemuda ganteng itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan
pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita
lapar. Sampai akhirnya Nabi Muhammad mengutus beliau sebagai sebagai duta
dakwah pertama ke madinah. Sejarah mengisahkan betapa Al-Amin mempercayakan
kepadanya.
Mush’ab
dipilih menjadi seorang utusan. Seorang duta pertama dalam Islam. Ada amanah
indah yang harus segera ia tunaikan. Tugasnya mengajarkan tentang Islam kepada
kaum Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di Aqabah. Sebuah
misi yang tentu saja tidak mudah. Saat itu telah 12 orang kaum Anshar yang
beriman. Tak lama berselang, Allah yang maha besar, memperlihatkan hasil usaha
sungguh sungguh dari seorang Mushaib. Berduyun-duyun manusia berikrar
mengesakan Allah dan mengakui Rasulullah sebagai utusan Allah. Jika saat ia
pergi ada 12 orang golongan kaum Anshar yang beriman, maka pada musim haji
selanjutnya umat muslim Madinah mengirim perwakilan sebanyak 70 orang laki-laki
dan 2 orang perempuan ke Makkah untuk menjumpai Nabi yang Ummi.
Madinah
semarak dengan cahaya. Usaha gigih yang diperbuat Mushab membuat Benih benih
islam tersemai dengan subur di madinah kesungguhan Mus‘ab bin Umair dalam
berdakwah. Setiap hari dalam hidupnya senantiasa memberikan konstribusi baru
bagi Islam di dalam dakwah dan jihad yang dilakukannya. Beliau adalah dai
pertama dalam Islam di kota Madinah. Di tangannyalah sebagian besar penduduk
Madinah berhasil diislamkan. Dia adalah peletak pertama fondasi Negara Islam
Madinah. Dia adalah kontributor sesungguhnya bagi Islam dan jamaah kaum Muslim.
STRATEGI
DAKWAH DI MADINAH
Beberapa
strategi dirangka khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi
berpandukan kepada arahan dan tindakan Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan
baginda terhadap ide-ide daripada para sahabat baginda.
A.
PEMBINAAN MASJID
Masjid
merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w setibanya
baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia
dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah
umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.Pembinaan masjid
dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai
‘mirbad’ dan meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu
sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu
tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat sehingga menjadi
binaan konkrit.Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh
dengan jiwa ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar.
Di
dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan
wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah yang dipanggil ‘sirda’untuk
pergerakan kaum muslimin melakukan aktiviti kemasyarakatan.[2] Pembinaan masjid
ini mengukuhkan lagi dakwah baginda bagi menyebarkan risalah wahyu kepada kaum
muslimin serta menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah s.a.w dan para
sahabat tentang masalah ummah.
B.
MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah
SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai platform
mempersatukan persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada
kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama.
Persaudaraan ini membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang
besar sesama mereka tanpa mengira pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia
turut memadamkan api persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz.[3]
C. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH
Madinah
sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada
pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga
kepentingan semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah
piagam yang dikenali sebagai Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di
bawah naungan Islam.Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap
aspek kehidupan termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang,
kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus
yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah,
tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain.
Selain
itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan
mereka dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.Piagam ini
mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam.
Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.
D.
STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan
merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan perjuangan
Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni
oleh pihak lawan khususnya puak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain.
Antara tindakan strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum
berlakunya peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam
peperangan Badar, Rasulullah s.a.w telah mengutuskan pasukan berani mati
seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn Awwam bagi
mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat penting musuh memudahkan pasukan
tentera Islam bersiap-sedia menghadapi mereka di medan perang. RasUlullah s.a.w
turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati musuh serta
menguatkan jiwa kaum Muslimin.
Antara
firman Allah Taala bermaksud:
“Dan
ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan
yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk
membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir.”
(Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah
S.A.W turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam merangka
strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda bersetuju
dengan cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar
baginda menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air
boleh diperolehi dengan mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan mereka.
Dalam perang Khandak, Rasulullah s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman
al-Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini
membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam semua peperangan dengan pihak
musuh.
E.
PEMBERIAN COP MOHOR
Rasulullah
s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan – kerajaan luar seperti
kerajaan Rom dan Parsi bagi mengembangkan risalah dakwah. Semua surat dan
watikah diletakkan cop yang tertulis kalimah la ila ha illahlah wa ana
Rasullah[5] Tujuannya adalah untuk menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w
sebagai utusan Allah dan Nabi di akhir zaman. Dalam watikahnya, baginda turut
menyeru agar mereka menyembah Allah dan bersama-sama berjuang untuk Islam
sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah. Kebanyakan watikah baginda diterima baik
oleh kerajaan-kerajaan luar. Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :Nabi
mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada Kaisar
Humuz, Raja Parsi yang bunyinya sebagai berikut :
“Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi Muhammad Rasulullah
kepada Kaisar penguasa Parsi. Semoga sejahtera kepada sesiapa sahaja yang
mengikut pimpinan Allah dan beriman kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi tidak
ada Tuhan selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Nabi
Muhammad adalah hamba dan rasulNya.“Saya mengajak anda dengan ajakan Allah
kepada umat manusia dan untuk memperingatkan manusia yang masih hidup, bahawa
siksaan akan ditimpakan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam dan hendaklah
menerimanya. Jika anda menolaknya, maka berdosalah bagi penyembah api.”[6]
F.
HUBUNGAN LUAR
Hubungan
luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini terbukti
melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar
bagi menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah.
Negara-negara itu termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut
merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun
600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina sehingga kini. Antara
para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada kaisar
Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu
Talib kepada Raja Habsyah.[7]Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan
khalifah Islam selepas kewafatan Rasulullah s.a.w. Sebagai contoh, pasukan
Salehuddin al-Ayubi di bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan
kota suci umat Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan dan penerokaan ke
Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di seluruh dunia.
KESIMPULAN
Strategi
dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai
Negara Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak
yang disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan
kepada pemerintahan Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua
perundangan utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan
perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.Sukses hijrah Nabi Muhammad
SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya mencerdaskan masyarakat Muslim yang
bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi umat dan
masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan nilai
etik-moral dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil
membangun kesalehan ritual yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan
individual yang seiring dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan
duniawiah-temporal yang seimbang dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.Sebuah
fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah
jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode
Mekkah. Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil
membangun tata peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang
demikian pesat perkembangannya.
Nilai-nilai
yang terkandung dalam proses Hijrah :
A.
Pengorbanan
Nilai
ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu
menyanggupi untuk menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan
beliau kemudian tidur dan mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan
yang sangat heroik dimana Ali yang ketika itu masih seorang pemuda, rela untuk
menjadi tameng bagi kelangsungan hidup Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan
dakwah Islam. Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika
beliau berkata :“ Biar saya yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada
binatang buas atau binatang berbisa didalam sana, saya rela mati, biar anda
meneruskan perjuangan dan dakwah anda”. Lagi sebuah epik kepahlawanan dan
pengorbanan yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah cerita kemudian benar Abu
Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak Allah, beliau selamat dalam
peristiwa itu.
B.
Keyakinan dan Tawakal
Ketika
berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa,
kemudian terucap kata-kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang
memiliki keyakinan dan sikap tawakal yang demikian sempurna “ La Tahzan,
innallah ma ana – jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”
C.
Kebersamaan
Peristiwa
Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi Thalib
yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan konon
ada seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu
Bakar selama mereka berada dalam gua – yang menurut seorang ulama, ini
menggambarkan sebuah kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan
perempuan, sebagai salah satu syarat “keberhasilan”, seperti kemudian
digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah menjadi tonggak sejarah dan
momentum perkembangan Islam.
D.
Kondisi yang Kondusif
Sebagaimana
diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib –
Mengecam, menjadi Madinah – Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah
proses keberhasilan tidak akan dicapai ketika orang-orang yang berada
didalamnya saling mengecam satu sama lain, kritik yang tidak konstruktif, asal
ganti dan lebih mementingkan kepentingan golongan dan pribadinya semata.
Penggantian nama menjadi Madinah menyimbolkan bahwa keberhasilan hanya akan
dicapai dalam tata kehidupan yang beradab, ada sopan santun dan etika ketika
hendak menyampaikan pendapat, kritik dan masukan, ada tata aturan yang mesti
dipenuhi oleh orang-orang beradab, yang kemudian dibuktikan dalam sejarah masa
kini, bahwa dimanapun, tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan, ketika
individu-individu yang terlibat dalam proses itu saling mengecam bahkan tak
jarang menyebarkan fitnah-fitnah keji. Sebaliknya, sebuah kondisi yang
“beradab”, yang berdasarkan tata aturan dan norma kesusilaan-lah yang mengantar
sebuah bangsa, sebuah kelompok atau apapun untuk mencapai keberhasilannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar